Belenggu
Kuratapi hidupku di tempat ini
Merasa sendiri dan gelap
Terkekang oleh tembok- tembok
Terbelenggu jeruji besi
Aku pun tak tahu bagaimana
Berbuat sesuatu ku tak bisa
Mencoba keluar dari kegelapan
Membuka mata dari kebutaanku
Jangan salahkan aku bila ku tak bisa
Aku kesepian. . . kedinginan
Taku dan kertak gigi menghampiriku
Di pojok itu aku termenung
Melihat diriku hampa. . . kosong
Jeruji- jeruji besi itu membatasiku
Memenjaran kemerdekaanku
Kebebasanku terkekang sudah
Janji- janji dan erintah
Dari yang memomongku kudengarkan
Tak putus aku lakukan
Tapi apa yang terjadi
Mereka membatasiku
Aku adalah aku. . .
Aku bukan dirimu
Aku punya kebebasan
Aku puny akemerdekaan
Tapi apa. . .
Itu semua omong kosong!
Sampah. . . tak berguna
Mereka yang menganggap saudara
Terbentuk kar’na solidaritas
Tak lain adalah serigala berbulu domba
Mereka merasa lebih hebat dan tinggi
Dengan segala kata dan perbuatan
Telah merendahkanku jauh lebih rendah
Kemerdekaanku diinjak
Segala sesuatu dalamku dirombak dan
dihancurkan
Padahal aku adalah aku. . .
Aku mundur. . .
Bukan berarti takut
Aku kembali termenung
Namun bukan berarti aku cengeng
Aku bangkit lagi. . .
Aku maju ke depan
Aku yakin dan aku sungguh yakin
Mereka semua setara denganku
Lihat saja akan kuhadapi mereka
Bukan dnegan fisik
Melainkan karya
Sastra yang ada
Sastra yang hidup
Sastra yang bangkit
Seperti diriku sendiri
Dan bukan dirimu
Malam Minggu,
Rekreasi malam,
8 Oktober 2011
0 komentar:
Posting Komentar