Minggu, 22 Juni 2014 0 komentar

Alexander Barry Ekaputra: Anak Tunggal Tetapi Saudaranya Banyak

Alexander Barry Ekaputra:
Anak Tunggal Tetapi Saudaranya Banyak
Oleh: Carolus Budhi Prasetyo

            Barry adalah teman angkatanku (XXIV) di Seminari Menengah Wacana Bhakti. Empat tahun terakhir ini aku boleh mengenal, hidup, dan berjuang bersama dalam menanggapi panggilan Tuhan. Dan hari ini, Minggu, 22/6, dia akan memulai menapaki jalan panggilannya sebagai frater novisiat Serikat Jesus (SJ) di Girisonta, Jawa Tengah. Aku pun merefleksikan hidup bersama dengannya dan semakin tersadar atas kebenaran syair Kahlil Gibran bahwa kebaikan seorang teman bagai keindahan gunung yang semakian terpancar apabila kita lihat dari kejauhan.
             Pada masa awal perkenalan, aku pun tersadar bahwa Barry adalah seorang yang ceria dan bersemangat. Namun, tak jarang setelah bersama-sama hidup di seminari aku melihat Barry sangat bersemangat sekali untuk mengejek dan menyindir teman-temannya termasuk aku. Aku melihatnya sebagai dinamika persahabatan. Bercanda dengan dia terkadang membuat aku kesel tetapi aku tidak dapat membalas ejekannya karena ejekan itu benar adanya. Aku mengambil nilai baik dari setiap ejekan tersebut bahwa Barry sangat perhatian dengan teman-temannya.
            Bagi diriku, Barry adalah sosok yang paling rela berkorban dan tulus saat membantu temannya. Tidak pernah dia memperhitungkan untung-rugi saat berteman. Saat mendapatkan tugas dan kepercayaan, Barry selalu melaksanakannya dengan baik. Segala kebaikannya tersebut mulai aku sadari saat di kelas 2 seminari. Pada saat kelas 2, aku dan Barry menjadi teman sekamar bersama Donmas. Di dalam kamar tampaknya kami bertiga sangat akur dan akrab (bohong). Kenyataan yang ada bahwa kamar kami ini tidak selamanya harmonis. Hanya Barry yang dapat menjadi teman sharing dan bercanda saat ada waktu bersama di kamar. Tak jarang pula aku dimarahin Barry karena aku malas sekali disuruh mandi terlebih dahulu.
            Barry tidak sepenuhnya anak tunggal karena sejak di seminari aku melihat hubungannya Romy bagai hubungan kakak-adik. Entah siapa yang menjadi kakak atau adik, tetapi aku melihat Barry begitu dekat dengan Rom. Setiap waktu liburan datang, Romy selalu diajak menginap di rumahnya. Maklum, Romy adalah perantau asli Tanah Toraja, Sulawesi Selatan, ia sangat akrab dengan Barry dan keluarganya. Tak hanya Romy tetapi semua adik kelas bahkan kakak kelas dapat cepat akrab dengan Barry. Gaya tertawanya yang khas, ejekannya yang pedas, dan perhatiannya membuat kami tidak pernah bosan berteman dengannya.
            Aku sempat bingung dan kagum saat mengetahui bahwa Barry berniat melanjutkan panggilannya menjadi imam Serikat Jesus (SJ). Aku pun merasa kagum dengan pengorbanan orang tuanya yang merelakan anak semata wayangnya menjadi imam SJ. Barry sangat bersemangat sekaligus deg-degan menjelang hari jadinya menjadi seorang jesuit, itulah ungakapan hatinya yang boleh aku dengar saat menginap di rumahnya, 19/6-20/6. Seorang anak tunggal yang memilih SJ bagiku adalah sebuah tantangan yang berat karena Barry akan berpisah selama 2 tahun untuk memantapkan dan mengenal SJ dan selamanya mengabdikan diri dan menjadikan dirinya milik serikat. Apalagi di dalam angkatanku yang memilih menjadi SJ hanya Barry saja, sehingga nanti ia akan berjuang sendirian. Memang aku tidak pernah bertanya kepada Barry alalsan ia memilih SJ tetapi menurutku Barry memilih SJ karena sejak kecil dia merasakan kasih dan perhatian dari pastorparokinya yang juga pastor SJ. Dan selama di seminari, aku melihat Barry sering membaca buku spitualitas Ignatian atau semangat St. Ignatius Loyola, pendiri SJ, dan merasa cocok dengan spritualitasnya.
            Hari ini, Minggu, 22/6, Barry akan berpisah dengan keluarga dan teman-temannya untuk menjalani pendidikan dan resmi mendapat gelar Frater Novisiat. Dalam kurun waktu 2 tahun, kami semua yang mengenal dan dekat dengan Barry harus berpisah dan membiarkan Barry mengenal spritualitas dan serikatnya. Dua tahun yang akan datang apabila Tuhan mengizinkan, kami akan bertemu kembali di STF Driyarkara untuk menuntut ilmu sebagai frater filosofan. Tetapi aku semakin percaya bahwa dalam kurun waktu tersebut Barry akan menunjukkan bahwa ia adalah anak tunggal tetapi saudaranya banyak karena sikapnya terhadap sesama yang mampu mendekatkan hati setiap orang dan berteman dengannya.
            Selamat jalan Barry dan semoga Barry selalu bersemangat dan diteguhkan dalam menjalani masa novisiat di Girisonta! Kita saling mendoakan agar suatu hari nanti kita dapat berkumpul bersama sebagai imam bagi Tuhan dan sesama dan kelak bersama-sama Bernard, Pedro, Pras dan Romy memimpin misa perdana.
            A.M.D.G, Demi Kemuliaan Allah yang Lebih Besar!

Tangerang, 22 Juni 2014,
Hari Raya Tubuh dan Darah †

Carolus Budhi Prasetyo,

Saudara dalam panggilan













 
;