Selasa, 04 Maret 2014 0 komentar

Tembaklah Ibumu!

Tembaklah Ibumu
(Karya: Carolus Budhi Prasetyo, III)

Aku dulu, dan aku kini
Inilah aku wanita malang
Merasakan sakit dan cobaan bertubi-tubi
Coba ‘tuk kuat, tabah hati

Begitu tampan parasmu anakku
Bagai ksatria nan wigati
Begitu indah alunan nada yang kau cipta
Wanita pun mabuk kasmaran kar’namu

Sakit, pilu, pedih nan dalam
Lebih sakit daripada melahirkanmu ke dunia
Saat ‘ku kenang dirimu dulu
Kau hunuskan pedang ke jantung ibumu ini

Akulah hamba kehidupan
Terlahir ‘tuk melayani tuannya
Makan pahit dunia ini
Minum darah sendiri

Aku cinta ayahku
Aku cinta suamiku
Namun aku lebih cinta engkau, anakku
Lebih dari apa pun di dunia ini

Namun kau telah mencampakanku
Melukai hatiku sebagai ibu
Telah kuberi jantungku bagimu
Tapi kau bercinta dengan candu jahanam itu

Kau hanyut dalam bayang kelammu
Merasa bebas dari penjara diri
Kau lari dari cintaku
Terbang, melayang dalam bayangan semu



Aku ingin terus melindungimu
Aku ingin membahagiakanmu
Tak ingin kau jadi aku nan malang
Aku ingin kau selamat

Tuhan, dimakah diri-Mu?
Mengapa Kau tetap bisu seribu bahasa?
Dimana keselamatan-Mu?
Apakah Kau tertidur dan menutup mata?

Mau jadi apa aku tanpa-Mu
Berdiriku pun tak sanggup
Kau bungkam, diam dalam derita
Tolong! Selamatkanlah puteraku, kurnia kasih-Mu

Maafkanlah aku puteraku
Aku tak mampu bahagiakanmu
Aku bukan ibu yang baik
Aku tak dapat melindungimu di bawah sayapku

Dan hanya pistol dan tiga selongsong peluru
Padaku dalam kelamku
Jadi saksi moksamu dalam sakaumu
Kau telah terbang ke dunia sana

Tembaklah diriku ini, ibumu!

Catatan:

Penyair dalam puisi ini terinspirasi dari “Tragedi Anne Maria-Siano” yang terjadi di Perancis. Dalam puisi ini, penyair mencoba untuk menampilkan konflik keibuan dan feminisme. Artikel tersebut penyair dapatkan dari harian Kompas sebagai salah satu tugas yang diberikan Ibu Anie P., guru Sastra SMA Gonzaga kelas 12. Penyair membaca-belajar dari karya Ayu Utami, yang banyak menampilkan sisi feminisme
 
;