Rabu, 09 Juli 2014

Henrikus Prasojo: Dari Ecce Ancilla Domini Sampai Fiat Mihi Secundum Verbum Tuum

Henrikus Prasojo: Dari Ecce Ancilla Domini 
Sampai 
Fiat Mihi Secundum Verbum Tuum
Oleh: Carolus Budhi Prasetyo

Dari enam seminaris angkatanku (SWB XXIV), telah dua orang yang pergi ke rumah formasi masing-masing yaitu Barry dan Romy. Kini, aku pun akan berpisah dengan teman seperjalananku yaitu Henrikus Prasojo. Malam ini, Pras akan pergi ke Yogyakarta dan mulai 10 Juli 2014, ia akan mulai menajlani formasi menjadi frater novis Misionaris Oblat Maria Immaculata (OMI) di Condongcatur, DIY. Kami pun telah sampai persimpangan jalan melalui jalan kami masing-masing untuk menuju kegemilangan Allah.
Awal perkenalanku cukup baik saat di seminari karena saat tes kami sempat mengobrol bersama. Lalu, saat KPP meja studi kami saling berdekatan bersama Rama dan Michael. Hal ini terus terjadi sampai kelas 1. Berteman dengan Pras sejak awal itu sangat asyik karena kami kompak saat menghadapi salahsatu teman kami yang menjengkelkan. Sejak KPP bahkan sampai di kelas 3 kami juga kompak dalam satu kegiatan paling menyenangkan yaitu masak mie instan memakai water heater bahkan mengendap-endap ke unit 1 untuk mengambil air panas di dispenser saat Ujian Sekolah. Memang kalau masalah mie instan tiada duanya kalau tidak masak bersama Pras.
Sejak KPP, aku selalu memanfaatkan letak meja studiku yang dekat dengannya untuk bertanya pelajaran Cantus (Teori Musik) dan juga meminta mengajarkan membaca not balok atau tempo karena aku itu nol besar dalam hal musik. Dari sanalah aku melihat potensi musik Pras yang sangat hebat, sejak KPP terintimidasi oleh kakak kelas saat ingin mengasah talentanya dan itu tidak menyurutkan niatnya utnuk semakin berkembang dalam hal musik yang juga menunjang panggilannya. Uniknya, mungkin ia adalah satu-satunya pianis WBSO yang berasal dari jurusan IPS. Ia mahir sekali bermain piano dan memimpin kami dalam orkestra. Pras menjadi salah satu pioni dalam  COBRA (Ladosco Chamber Orchestra) lalu LADOSTRA (Ladosco Orchestra) dan pada akhirnya ia dipercaya (alm.) Robertus Tony Suwandi untuk memimpin Wacana Bhakti Symphony Orchestra (WBSO) untuk tahun ajaran 2012/2013 sebagai conductor. Tidak sampai di situ bersama Barry dan Pedro, Pras mengajukan ide diadakannya Konser Panggilan di Sport Hall, Seminari Wacana Bhakti, 20 April 2013 dalam rangka promosi panggilan karena pada waktu itu konsep promosi panggilan berbentuk ekspo panggilan keliling paroki-paroki diubah. Ide ini pun didukung oleh RD. Yohanes Radiya Wisnu, Pamong Musik Seminari sekaligus Ketua Komisi Panggilan KAJ. Acara ini dikemas dalam kerangka Temu Misdinar dekenat Timur dan Selatan.
Mengapa aku memberi judul “Dari Ecce Ancilla Domini...” karena Pras telah menunjukkan kerendahan hatinya sebagai hamba walau terkadang juga merasa letih. Hal ini ditandai dengan dipilihnya Pra sebagai conductor, Ketua Redaksi Eureka!!! (saat komunitas masih diajak terlibat dalam pembuatannya dan kini menjadi output Jurnalistik), dan Bidel Umum (pemimpin seminaris atau Ketua OSIS-nya seminari). Begitu hebat karya Tuhan dalam dirinya! Baru kali ini ada seorang yang memangku tiga jabatan sekaligus, namun bukan berarti Pras haus kekuasaan. Kami mempercayai Pras agar ia pun juga dapat semakin berkembang. 
Hanya saja salah satu kekurangan di mataku yaitu Pras terkadang merasa segala beban ditanggung olehnya saja. Seperti Bunda Maria, Bunda umat beriman, Maria menyimpan segala perkara dalam hatinya dan hal ini diikuti juga oleh Pras. Hal ini tidak buruk, namun Pras: Ingat kamu memiliki banyak saudara di sekitar yang siap menolong dan menanggung bersama beban itu! Entah aku ini adalah sosok yang dapat dipercaya atau tidak namun aku bersyukur dapat bekerja sama dengan Pras dalam hal membantu membuat desain. Aku ini bukan sosok  yang baik bagi Pras tapi aku terus berusaha untuk menjadi saudaranya. Sebenarnya aku bersyukur kamar kami saat kelas 3 itu berdekatan, sehingga kami dapat bertukar pikiran, curhat (Pras sering curhat, gak deh aku yang lebih sering...), dan saling meneguhkan panggilan kami karena jalan pikiran kami tidak terlalu jauh berbeda. Ia memberikan penghiburan yang berarti dan ia adalah orang kedua di seminari yang aku anggap seperti sahabat bahkan saudara setelah Seto.
Akhirnya, setelah berefleksi dan galau memilih ordo atau dioses mana yang hendak ia pilih, akhirnya ia menjatuhan pilihan pada Oblat Maria Immaculata (OMI). Dari cerita Pras, aku mengetahui alasannya ia memilih OMI yaitu bagai dalam memilih pasangan hidup, sang mempelai harus mengenal dan meyakini bahwa  calonnya adalah yang terbaik baginya dan Pras memilih OMI karena sejak kcil ia dekat dengan OMI di Paroki Kalvari, Lubang Buaya dan nyatanya semangat St. Eugenius de Mazenod yang menginspirasi jalan hidupnya menuju Allah. Pras pun menjadi pasrah dan “... Sampai Fiat Mihi Secundum Verbum Tuum”, semoga teladan Bunda Maria ini mengantarkannya pada niat sucinya menjadi OMI. Semoga Pras semakin disemangati oleh spritulaitas Bapa Pendiri. Aku yakin Pras dapat mengubah cintanya kepada seseorang sehingga Pras menjadi  semakin mencintai Allah yang telah memanggil.
Selamat jalan Pras dan pantang mundur dalam menapaki jalan panggilan. Semoga Pras memanfaatkan talenta dalam bermusik untuk mewartakan Allah bagi orang terpencil dan kekurangan. Saling mendoakan agar kita berenam dapat dihimpun kembali dan dapat memimpin misa bersama.
“ Evangelizare Pauperibus Misit Me, Pauper Evangelizantur” - OMI

 Tangerang, 9 Juli 2014,
 

Carolus Budhi Prasetyo,
Saudara dalam Panggilan




0 komentar:

 
;