Romy Boy Rante Allo: Si Perantau Tana Toraja Dipanggil
Menjadi “Mulut”
Tuhan
oleh: Carolus Budhi Prasetyo
Pada awal perkenalanku
dengan Romy, aku memandangnya sebagai anak perantau asli yang datang ke Jakarta
dan belum dapat berinteraksi dengan angkatan yang kebanyakan anak Jakarta!
Menurutku Barry yang dengan cepat mendapat tempat di hati Romy. Aku pun pada
awalnya bingung bagaimana untuk memulai karena Romy adalah tipe pendiam dan
baru mau mudah diajak mengobrol apabila kita sudah mendapat kepercayaannya. Sebenarnya
agak kasihan juga melihat Romy sempat menjadi bahan bercandaan Donmas karena intonasi Romy yang khas.
Tetapi di balik itu semua,
sosok Romy telah menginspirasi dan memotivasi diriku selama di seminari. Romy
adalah pribadi yang pendiam namun di balik diamnya itu ia memperhatikan
sekitarnya dengan hatinya. Cukup reflektif dan mengejutkan saat membaca
refleksinya. Cukup dalam! Ia tidak menggunakan bahasa yang sulit ditangkap
pikiran awam dan jauh dari istilah-istilah yang tingi-tinggi. Sederhana tapi
menggugah hati. Semangatnya untuk setia dan bertahan walau Romy sempat
diragukan oleh beberapa pribadi karena nilai akademisnya di kelas KPP. Namun,
ia telah membuktikan dan memberikan yang terbaik bahwa ia mampu bertahan sampai
tuntas di seminari. Boleh jadi banyak di antara teman-teman angkatan menjadi
teman belajar dari Romy, namun bagiku pribadi akulah yang banyak belajar dari
Romy. Tidak banyak bicara namun banyak aksi, itulah yang aku suka dari Romy. Ia
handal menulis cerpen dan telah dibuktikan cerpennya dapat menembus suatu
majalah remaja, penerbit buku, dan mengkoordinir tulisan angkatan di KOMPAS
MUDA. Oh begitu hebatnya Romy si Rantau Toraja. Dulu, aku sempat merencanakan
mengajak angkatan menulis di KOMPAS MUDA, namun ide itu pun tersapu angin
karena kesibukan akademisku.
Aku tidak mengetahui
secara pasti mengapa Romy memilih OP. Aku menduga bahwa ada suatu ketertarikan
terhadap spiritualitas St. Dominikus. Aku yakin Romy dapat bertahan dalam
perantauannya demi dikenalnya Allah oleh dunia. Walau Romy itu pendiam tapi ia
cepat beradaptasi dengan sekitarnya tanpa harus kehilangan jati dirinya.
Sehingga aku yakin ia dapat menjadi “Mulut” atau pewarta Tuhan yang handal dan
memiliki kedalaman rohani. Andai ia tidak dapat banyak berbicara melalui mulut,
aku yakin Romy akan banyak berbicara melalui tulisannya.
Selamat jalan Romy dan
semoga semakin dimantapkan dan dipilih Tuhan menjadi pengkhotbah! Saling
mendoakan agar kita berenama dapat dihimpun kembali dan memimpin misa
bersama-sama. "Tetaplah teguh
dalam cinta kasih dan kerendahan hati, dan jangan tinggalkan kemiskinan!"- St. Dominius
Laudare, Bendicere, Praedicare!
Tangerang, 1 Juli 2014
Carolus Budhi Prasetyo
Saudara dalam Panggilan
0 komentar:
Posting Komentar