Rabu, 02 Juli 2014

Romy Boy Rante Allo: Si Perantau Tana Toraja Dipanggil Menjadi “Mulut” Tuhan

Romy Boy Rante Allo: Si Perantau Tana Toraja Dipanggil
Menjadi  “Mulut” Tuhan
oleh: Carolus Budhi Prasetyo

Setelah Barry memulai proses formasinya menjadi jesuit di Girisonta, kini aku akan menceritakan temanku (Angkatan SWB #24), Romy Boy Rante Allo. Romy pada hari ini Selasa, 1 Juli 14, memulai proses pembinaannya menjadi aspiran Ordo Praedicatorum (bhs. Indonesia - Ordo Pengkhotbah) (OP) atau Ordo Dominikan di Rumah Fromasi Santo Thomas Aquinas,  Surabaya. Telah empat tahun boleh mengenal lebih dekat Romy walau tampaknya aku bukanlah teman terbaik di seminari. Berjuang bersama mendaki gunung dan pada satu titik kami berpisah satu sama lain dan percaya akan kembali di satukan di puncak kemuliaan Allah.
            Pada awal perkenalanku dengan Romy, aku memandangnya sebagai anak perantau asli yang datang ke Jakarta dan belum dapat berinteraksi dengan angkatan yang kebanyakan anak Jakarta! Menurutku Barry yang dengan cepat mendapat tempat di hati Romy. Aku pun pada awalnya bingung bagaimana untuk memulai karena Romy adalah tipe pendiam dan baru mau mudah diajak mengobrol apabila kita sudah mendapat kepercayaannya. Sebenarnya agak kasihan juga melihat Romy sempat menjadi bahan bercandaan Donmas karena  intonasi Romy yang khas.
            Tetapi di balik itu semua, sosok Romy telah menginspirasi dan memotivasi diriku selama di seminari. Romy adalah pribadi yang pendiam namun di balik diamnya itu ia memperhatikan sekitarnya dengan hatinya. Cukup reflektif dan mengejutkan saat membaca refleksinya. Cukup dalam! Ia tidak menggunakan bahasa yang sulit ditangkap pikiran awam dan jauh dari istilah-istilah yang tingi-tinggi. Sederhana tapi menggugah hati. Semangatnya untuk setia dan bertahan walau Romy sempat diragukan oleh beberapa pribadi karena nilai akademisnya di kelas KPP. Namun, ia telah membuktikan dan memberikan yang terbaik bahwa ia mampu bertahan sampai tuntas di seminari. Boleh jadi banyak di antara teman-teman angkatan menjadi teman belajar dari Romy, namun bagiku pribadi akulah yang banyak belajar dari Romy. Tidak banyak bicara namun banyak aksi, itulah yang aku suka dari Romy. Ia handal menulis cerpen dan telah dibuktikan cerpennya dapat menembus suatu majalah remaja, penerbit buku, dan mengkoordinir tulisan angkatan di KOMPAS MUDA. Oh begitu hebatnya Romy si Rantau Toraja. Dulu, aku sempat merencanakan mengajak angkatan menulis di KOMPAS MUDA, namun ide itu pun tersapu angin karena kesibukan akademisku.
            Predikat sebagai perantau itu, aku manfaatkan untuk banyak belajar dari Romy. Bayangkan terpisah dengan keluarga yang berbeda pulau, dan pulang hanya dua tahun sekali. Memang banyak juga perantau muda yang hijrah ke negeri orang nun jauh di sana untuk pendidikan dan masa depan mereka yang indah, namun itu semua berbeda dengan Romy karena Romy akan terus merantau demi mewartakan Kerajaan Allah dan keluarga akan ia tinggalkan. Dari Romy, aku mensyukuri keluargaku yang berada di Tangerang sehingga lebih mudah untuk melepas rindu dan kangen. Menurutku Romy memang tidak bertemu dengan fisik, namun segala kerinduannya itu ia bawa dalam doa. Mukanya yang lucu dan terkesan innocent terkadang membuat kami gemas dan cepat turun emosi kami saat memarahi Romy.
            Aku tidak mengetahui secara pasti mengapa Romy memilih OP. Aku menduga bahwa ada suatu ketertarikan terhadap spiritualitas St. Dominikus. Aku yakin Romy dapat bertahan dalam perantauannya demi dikenalnya Allah oleh dunia. Walau Romy itu pendiam tapi ia cepat beradaptasi dengan sekitarnya tanpa harus kehilangan jati dirinya. Sehingga aku yakin ia dapat menjadi “Mulut” atau pewarta Tuhan yang handal dan memiliki kedalaman rohani. Andai ia tidak dapat banyak berbicara melalui mulut, aku yakin Romy akan banyak berbicara melalui tulisannya.
            Selamat jalan Romy dan semoga semakin dimantapkan dan dipilih Tuhan menjadi pengkhotbah! Saling mendoakan agar kita berenama dapat dihimpun kembali dan memimpin misa bersama-sama. "Tetaplah teguh dalam cinta kasih dan kerendahan hati, dan jangan tinggalkan kemiskinan!"- St. Dominius
            Laudare, Bendicere, Praedicare!
Tangerang, 1 Juli 2014
 
Carolus Budhi Prasetyo
Saudara dalam Panggilan


          

0 komentar:

 
;