Sabtu, 30 April 2011

Sakramen Baptis, Ekaristi dan Krisma

A.Sakramen Baptis
1.)Sejarah Sakramen Baptis
a.Menurut Perjanjian Lama
Berabad-abad sebelum Kristus, umat dalam Perjanjian Lama percaya bahwa segala bentuk kontak dengan dunia luar mencemarkan mereka. Sebelum mereka boleh makan atau berdoa, terlebih dahulu mereka harus membersihkan diri. Hal ini tampak nyata ketika mereka berdoa pada hari Sabat.Orang-orang Yahudi wajib membersihkan diri mereka dalam suatu kolam ritual yang disebut mikveh. Kolam tersebut harus diisi dengan air yang mengalir (kadang-kadang disebut “air hidup”) dan mereka harus menenggelamkan diri sepenuhnya ke dalam air. Mereka juga memerlukan seseorang untuk menjadi saksi dalam upacara ini. Kaum pria wajib melakukannya setiap hari Jumat malam, sementara kaum wanita melakukannya hanya sebulan sekali. Banyak orang Yahudi yang saleh masih melakukan praktek ini.
b.Pembapisan Yesus
Yohanes Pembaptis - sepupu Yesus - mengajarkan bahwa orang tidak perlu melakukan ritual pembasuhan diri setiap minggu. Ia mengatakan bahwa satu kali upacara pembersihan diri saja sudah cukup untuk mempersiapkan diri bagi kedatangan sang Juruselamat, asalkan mereka mengubah cara hidup mereka yang lama.Baptisan Yohanes hanya merupakan simbol perubahan; baptisan itu sendiri tidak mempunyai kuasa untuk melakukan perubahan-perubahan tersebut. Yesus menambahkan kuasa ini ketika Yohanes membaptis-Nya di Sungai Yordan.
“Ia membaptis Kristus, yang berkuasa atas pembaptisan, dalam air yang dijadikan kudus oleh Dia yang dibaptis.” ~ Prefasi pada Pesta St. Yohanes Pembaptis
Yesus berkata kepada para murid-Nya:
“Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu.” Matius 28:18-20
c.Pembaptisan masa Gereja Perdana
Gereja Perdana melaksanakan pembaptisan dalam beberapa cara. Karena sebagian besar yang dibaptis adalah orang dewasa, pembaptisan yang umum adalah dengan membenamkan orang yang dibaptis ke dalam air. Peristiwa itu akan mengakibatkan perasaan tenggelam sesaat. Jadi, ketika mereka yang dibaptis muncul kembali dari air, mereka akan mengalami rasa bangkit dari mati. Hal ini melambangkan keikutsertaan dalam kebangkitan Yesus sendiri.Di kemudian hari, ketika pembaptisan dilakukan atas bayi-bayi juga, terjadi perubahan dalam cara pembaptisan yaitu dengan menuangkan air. Gereja-gereja lain menolak gagasan pembaptisan bayi. Gereja Katolik mempraktekkannya seturut sabda Yesus, “Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka…” Dikisahkan juga dalam Kitab Suci mengenai pembaptisan seluruh anggota keluarga.
“Seketika itu juga ia [kepala penjara di Troas] dan keluarganya memberi diri dibaptis.”
Kisah Para Rasul 16:33
“Aku akan mencurahkan kepadamu air jernih, yang akan mentahirkan kamu; dari segala kenajisanmu dan dari semua berhala-berhalamu Aku akan mentahirkan kamu.”
Yehezkiel 36:25
2.)Rahmat Sakramen Baptis
1. Mendapat pengampunan dari segala dosa, baik dosa asal maupun dosa serta siksa – siksa dosa.
2. Menjadi “ciptaan baru” (2 Kor 5: 17 ),dan dilantik menjadi Anak Allah( Gal 4: 5 – 7 ) dan “mengambil bagian dalam kodrat Ilahi” (2 Ptr 1: 4 )
3. Memperoleh rahmat pembenaran/ pengudusan, yaitu :
• Membuat dia sanggup semakin percaya kepada Allah, berharap kepada- Nya dan mencintai-Nya.
• Membuat dia hidup di bawahbimbingan dan dorongan Roh Kudus.
• Membuat dia sanggup bertumbuh dalam kebaikan.

4. Digabungkan menjadi anggota Gereja, sebagai bagian dari ubuh Kristus.
5. Dimateraikan secara kekal dengan satu materai rohani yang tak dapat dihapuskan; ia termasuk bilangan Kristus, sehingga boleh berharap untuk mati danbangkit bersama Kristus dan layak mendapat kehidupan kekal di surga.
3.)Materia Sacramenti Sakramen Baptis
Penuangan air pada dahi memiliki makna yang menunjukan kita dibersihkan. Air sendiri sebagai sumber kehidupan .Air suci yang diberkati dengan doa epiklese pada malam Paskah. Gereja beroa kepada Allah supaya kekuatan Roh Kudus turun ke atas air ini melalui Putera – Nya, sehingga semua orang yang menerima Pembaptisan di dalamnya, “dilahirkan dari air dan Roh”(Yoh 3: 5) Katekismus Gereja Katolik nomor 1238.Juga pada KGK nomor 1239 menjelaskan bahwa bahwa Ia menandakan kematian dosa serta menghantar masuk ke dalam kehidupan Tritunggal Mahakudus, karena orang yang dibaptis diikutsertakan dalam misteri Paska Kristus.
4.)Forma Sacramenti Sakramen Baptis
Saat imam memberikan pembaptisan ia berkata, “I, aku membaptis engkau atas nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus”, hal ini menyatakan bahwa penerima baptis bersatu dalam kesatuanTritunggal Mahakudus (KGK 1240).
B.Sakramen Ekaristi
1.)Bukti kehadiran Yesus dalam Ekaristi menurut kesaksian BapaGerja
1) St. Ignatius dari Antiokhia (110), adalah murid dari rasul Yohanes. Ia menjadi uskup ketiga di Antiokhia. Sebelum wafatnya sebagai martir di Roma, ia menulis tujuh surat kepada gereja-gereja, berikut ini beberapa kutipannya:
a. Dalam suratnya kepada jemaat di Roma, dia mengatakan, “…Di dalamku membara keinginan bukan untuk benda-benda materi. Aku tidak menyukai makanan dunia… Yang kuinginkan adalah roti dari Tuhan, yaitu Tubuh Kristus… dan minuman yang kuinginkan adalah Darah-Nya: sebuah makanan perjamuan abadi.”[2]
b. Dalam suratnya kepada jemaat di Symrna, ia menyebutkan bahwa mereka yang tidak percaya akan doktrin Kehadiran Yesus yang nyata dalam Ekaristi sebagai ‘heretik’/ sesat: “Perhatikanlah pada mereka yang mempunyai pandangan beragam tentang rahmat Tuhan yang datang pada kita, dan lihatlah betapa bertentangannya pandangan mereka dengan pandangan Tuhan …. Mereka pantang menghadiri perjamuan Ekaristi dan tidak berdoa, sebab mereka tidak mengakui bahwa Ekaristi adalah Tubuh dari Juru Selamat kita Yesus Kristus, Tubuh yang telah menderita demi dosa-dosa kita, dan yang telah dibangkitkan oleh Allah Bapa…”[3]
c. Dalam suratnya kepada jemaat di Filadelfia, ia mengatakan pentingnya merayakan Ekaristi dalam kesatuan dengan Uskup, “Karena itu, berhati-hatilah… untuk merayakan satu Ekaristi. Sebab hanya ada satu Tubuh Kristus, dan satu cawan darah-Nya yang membuat kita satu, satu altar, seperti halnya satu Uskup bersama dengan para presbiter [imam] dan diakon.”[4]
2) St. Yustinus Martir (sekitar tahun 150-160). Ia menjadi Kristen sekitar tahun 130, oleh pengajaran dari para murid rasul Yohanes. Pada tahun 150 ia menulis Apology, kepada kaisar di Roma untuk menjelaskan iman Kristen, dan tentang Ekaristi ia mengatakan: “Kami menyebut makanan ini Ekaristi, dan tak satu orangpun diperbolehkan untuk mengambil bagian di dalamnya kecuali jika ia percaya kepada pengajaran kami… Sebab kami menerima ini tidak sebagai roti biasa atau minuman biasa; tetapi karena oleh kuasa Sabda Allah, Yesus Kristus Penyelamat kita telah menjelma menjadi menjadi manusia yang terdiri atas daging dan darah demi keselamatan kita, maka, kami diajar bahwa makanan itu yang telah diubah menjadi Ekaristi oleh doa Ekaristi yang ditentukan oleh-Nya, adalah Tubuh dan Darah dari Kristus yang menjelma dan dengan perubahan yang terjadi tersebut, maka tubuh dan darah kami dikuatkan.”[5]
3) St. Irenaeus (140-202). Ia adalah uskup Lyons, dan ia belajar dari St. Polycarpus, yang adalah murid Rasul Yohanes. Dalam karyanya yang terkenal, Against Heresies, ia menghapuskan pandangan yang menentang ajaran para rasul. Tentang Ekaristi ia menulis, “Dia [Yesus] menyatakan bahwa piala itu, … adalah Darah-Nya yang darinya Ia menyebabkan darah kita mengalir; dan roti itu…, Ia tentukan sebagai Tubuh-Nya sendiri, yang darinya Ia menguatkan tubuh kita.”[6]
4) St. Cyril dari Yerusalem (315-386), Uskup Yerusalem, pada tahun 350 ia mengajarkan, “Karena itu, jangan menganggap roti dan anggur hanya dari penampilan luarnya saja, sebab roti dan anggur itu, sesuai dengan yang dikatakan oleh Tuhan kita, adalah Tubuh dan Darah Kristus. Meskipun panca indera kita mengatakan hal yang berbeda; biarlah imanmu meneguhkan engkau. Jangan menilai hal ini dari perasaan, tetapi dengan keyakinan iman, jangan ragu bahwa engkau telah dianggap layak untuk menerima Tubuh dan Darah Kristus.”[7]
5) St. Augustinus (354-430), Uskup Hippo, mengajarkan, “Roti yang ada di altar yang dikonsekrasikan oleh Sabda Tuhan, adalah Tubuh Kristus. Dan cawan itu, atau tepatnya isi dari cawan itu, yang dikonsekrasikan dengan Sabda Tuhan, adalah Darah Kristus….Roti itu satu; kita walaupun banyak, tetapi satu Tubuh. . ..
Gereja percaya dan mengimani bahwa roti dan anggur setelah dikonsekrasikan oleh Sabda Tuhan menjadi Tubuh dan Darah Yesus. Ekaristi yang merupaka n suatupersatuanyang ditandai dengan kesatuan kita dengan dengan para pemimpin Gereja, yaitu uskup, imam dan diakon. Iman sedemikian sudah berakar sejak jemaat awal, dan ini dibuktikan, terutama oleh kesaksian St. Ignatius dari Antiokhia yang mendapat pengajaran langsung dari Rasul Yohanes. Rasul Yohanes adalah yang paling jelas mengajarkan tentang Roti Hidup pada Injilnya (lihat Yoh 6). Jadi walaupun doktrin Transubtantion baru dimaklumkan pada abad 13 yaitu melalui Konsili Lateran ke 4 (1215), Konsili Lyons (1274) dan disempurnakan di Konsili Trente (1546), namun akarnya diperoleh dari pengajaran Bapa Gereja sejak abad awal. Bahwa roti dan anggur setelah dikonsekrasikan oleh Sabda Tuhan, berubah menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Karena itu hakekatnya sudah berubah menjadi Tubuh dan Darah Kristus.
2.)Bukti sejarah
Sejak awal reformasi Kristen beberapa gereja yang memisahkan diri dengan Gereja Katolik sebelum masa itu, sebagai contohnya, Nestorianism, Armenianism, gereja Coptic (abad ke -5), gereja-gereja Orthodox (abad ke-11), tetap mempercayai doktrin kehadiran Kristus dalam Ekaristi tersebut.[9]
Berdasarkan Kitab Suci, yaitu bahwa sejak saat Yesus mengajarkan hal Roti Hidup ini, banyak orang tidak percaya dan meninggalkan Dia (lih Yoh 6: 60). Ia tidak mengajarka bahwa roti dan anggur adlaah lambang.Namun dengan jelas berkata, “Inilah Tubuh-Ku” (Mat 26:26; Mrk 14:22; Luk 22:19). Maka, Tradisi Gereja Katolik mengartikan ayat ini secara literal bahwa maksud Yesus adalah: “Ini, substansi ini, yang tadinya roti, sekarang menjadi Tubuh-Ku.”
3.)Konsili Vatikan II dan Katekismus Gereja Katolik
Konsili Vatikan II dan Katekismus Gereja Katolik yang disusun untuk menjabarkan doktrin dengan semangat Konsili tersebut mengajarkan pentingnya Ekaristi dalam kehidupan umat beriman, karena di dalamnya terkandung seluruh ‘harta’ spiritual Gereja, yaitu Kristus sendiri. Oleh karena itu, Ekaristi dikatakan sebagai “sumber dan puncak kehidupan Kristiani”.[17]
• KGK 1324 Ekaristi adalah “sumber dan puncak seluruh hidup kristiani” (LG 11).
• KGK 1375 Kristus hadir di dalam Sakramen ini oleh perubahan roti dan anggur menjadi tubuh dan darah-Nya. Bapa-bapa Gereja menekankan dengan tegas iman Gereja, bahwa Sabda Kristus dan kuasa Roh Kudus bekerja begitu kuat, sehingga mereka dapat melaksanakan perubahan ini. Santo Yohanes Krisostomus menjelaskan:
“Bukan manusia yang menyebabkan bahwa bahan persembahan menjadi tubuh dan darah Kristus, melainkan Kristus sendiri yang telah disalibkan untuk kita. Imam yang mewakili Kristus, mengucapkan kata-kata ini, tetapi daya kerjanya dan rahmat datang dari Allah. Inilah tubuh-Ku, demikian ia berkata. Kata-kata ini mengubah bahan persembahan itu” (prod. Jud. 1,6).
Dan santo Ambrosius mengatakan tentang perubahan ini:
“Di sini terdapat sesuatu yang tidak dibentuk alam, tetapi yang dikonsekrir dengan berkat, dan daya guna berkat itu melampaui kodrat, malahan kodrat itu sendiri diubah melalui berkat… Bukankah Kristus, yang dapat menciptakan yang belum ada dari ketidakadaan, dapat mengubah yang ada ke dalam sesuatu, yang sebelumnya tidak ada? Menciptakan hal baru, tidak lebih gampang daripada mengubah kodrat” (myst. 9,50,52).
• KGK 1376 Konsili Trente menyimpulkan iman Katolik, dengan menjelaskan: “Karena Kristus Penebus kita mengatakan bahwa apa yang Ia persembahkan dalam rupa roti adalah benar-benar tubuh-Nya, maka di dalam Gereja Allah selalu dipegang teguh keyakinan ini, dan konsili suci ini menjelaskannya kembali: oleh konsekrasi roti dan anggur terjadilah perubahan seluruh substansi roti ke dalam substansi tubuh Kristus, Tuhan kita, dan seluruh substansi anggur ke dalam substansi darah-Nya.
• KGK 1377 Kehadiran Kristus dalam Ekaristi mulai dari saat konsekrasi dan berlangsung selama rupa Ekaristi ada. Di dalam setiap rupa dan di dalam setiap bagiannya tercakup seluruh Kristus, sehingga pemecahan roti tidak membagi Kristus Bdk. Konsili Trente: DS 1641.
• KGK 1396 Kesatuan Tubuh Mistik: Ekaristi membangun Gereja. Siapa yang menerima Ekaristi, disatukan lebih erat dengan Kristus. Olehnya Kristus menyatukan dia dengan semua umat beriman yang lain menjadi satu tubuh: Gereja.
4.) Materia sacramenti Sakramen Ekaristi
Oleh karena alasan ini, Kitab Hukum Kanonik (Kanon 924) memandatkan, “Kurban Ekaristi Mahakudus harus dipersembahkan dengan roti dan air anggur yang dicampur sedikit air. Roti haruslah dibuat dari gandum murni dan masih baru, sehingga tidak ada bahaya telah membusuk. Air anggur haruslah alamiah dari buah anggur serta belum membusuk”.Kanon 926 memaklumkan, “Dalam perayaan Ekaristi, sesuai tradisi Gereja latin yang kuno, imam hendaknya hanya menggunakan roti tak-beragi di mana pun ia merayakannya.”Ketentuan-ketentuan ini juga dipertegas dalam “Pedoman Umum Misale Romawi” (No 320) dan yang paling akhir dalam “Redemptionis Sacramentum” (“Bahan Ekaristi Mahakudus,” No 48).
Berdasarkan ajaran di atas mengenai bagaimana Kristus menetapkan sakramen dan bagaimana Gereja telah memeliharanya sejak masa apostolik, maka agar dapat merayakan Ekaristi Kudus secara sah, imam wajib mempergunakan roti gandum tak beragi dan air anggur yang bersama-sama merupakan materia sacramenti.
5.)Forma Sacramenti
Doa Syukur Agung merupakan forma sacramenti dari sakramen Ekaristikarena ini merupakan rumusan Gereja lama yang telah mencakup doa – doa dan berbagai makna liturgis.DSA harus didoakan oleh pelayan yang sah .Pengaturan yang jelas dan tegas, untuk menjamin agar Perayaan Ekaristi sungguh suatu perayaan yang menghadirkan misteri penebusan Kristus. PUMR [Pedoman Umum Misale Romawi] menerangkan DSA sebagai berikut: “Pusat dan puncak seluruh Perayaan Ekaristi sekarang dimulai, yakni Doa Syukur Agung, suatu doa syukur dan pengudusan. Imam mengajak jemaat untuk mengarahkan hati kepada Tuhan dengan berdoa dan bersyukur. Dengan demikian, seluruh umat yang hadir diikutsertakan dalam doa ini. Ini disampaikan imam atas nama umat Allah kepada Allah Bapa, dalam Roh Kudus, dengan pengantaraan Yesus Kristus. Maksud doa ini ialah agar seluruh umat beriman menggabungkan diri dengan Kristus dalam memuji karya Allah yang agung dan dalam mempersembahkan kurban” [PUMR 78].
6.) Makna Sakramen Ekaristi:
• Bagi Gereja sekarang, Ekaristi merupakan Ucpan Syukur dan Pujian Kepada Bapa. Kita bersukur kepada Allah atas segala kebaikan yang Ia berikan kepada kita. Maka sepatutunya Gereja mengagungkan pujian kepada – Nya.
• Ekaristi adalah sebagai kenangan akan kurban Yesus Kristus. Peristiwa penyelamatan dihadirkan kembali sehingga dapat dirasakan oleh segenap Gereja dan anggotanya yang hadir dan merayakannya.
• Ekaristi adalahsebagai kehadiran Kristus melalui kekuatan sabda – Nya dan Roh Kududs.
Ia hadir melalui sabda – sabda – Nya yang kita dengar dan lewat ikatan antar anggota – Nya yang dipersatukan oleh Roh Kudus.
C.Sakramen Krisma
1.)Sejarah
Penguatan yang pertama pada PerjanjianBaru saat Pentakosta menggunakan tiga bahasa isyarat yang berbeda: angin, lidah api dan berkata-kata dalam bahasa asing. Peristiwa tersebut terjadi dalam suatu perayaan Yahudi kurang lebih 2000 tahun yang lalu. Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat. Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya. (Kis 2: 1-4)Ada juga kisah-kisah dalam Kitab Suci di mana orang secara tiba-tiba berubah. Perubahan tersebut selalu disertai dengan kobaran semangat, iman dan kesediaan untuk menjadi bagian dari suatu komunitas iman, yaitu Gereja.Masing-masing peristiwa tersebut dikenangkan melalui bahasa isyarat yang berbeda-beda sepanjang sejarah Gereja. Pada akhirnya, Gereja menetapkan bahasa isyarat yang sekarang dipergunakan dalam Sakramen Penguatan. Makna dan kuasa bahasa isyarat tersebutlah yang terpenting, yaitu kehadiran Roh Kudus Allah dalam diri kita.
2.) Materia sarcramenti
Penumpangan tangan dan pengurapan minyak krisma pada dahi
Dengan penumpangan tangan Roh Kudus ingin dihadirkan dalam diri penerima krisma . idalam sakramen Krisma, kita menerima "Kepenuhan Roh Kudus" sehingga kita dapat secara penuh dan aktif berkarya dalam Gereja.Hal ini didasarkan seperti para rasul yang menerma Roh Kudus pada Pentakosta. Krisma menghasilkan pertumbuhan dan pendalaman rahmat pembaptisan.
Pengurapan minyak krisma pada dahi
Berarti kita yang sudah menerima Krisma dikuduskan, dikhususkan, dan menerima Kuasa untuk melakukan tugas perutusan kita sebagai umat beriman (bdk 1 Samuel 10:1;1Samuel 16:13; 1 Raj 1:39). Dengan menerima Sakramen Krisma, kita menerima Roh Kudus yang merupakan meterai, Tanda bahwa kita ini milik Allah.’ “Semoga dimaterai oleh karunia Allah, Roh Kudus” (KGK,Art. 1299- 1310).
3.)Forma Sacramenti Sakramen Krisma
Ucapan liturgis yang didoakan Uskup “terimalah tanda karunia Roh Kudus”,memilikimakna bahwa penerima menerima Roh Kudus yang akan mengubah dan mengembangkan iman kita yang telah diterima saat pembaptisan.Forma sacramenti juga menandakan kehadiran Allah dalam perayaan itu. Dalam rumusan KGK Roh Kudus akan mencurahkan roh yang akan memenuhi mereka dengan roh takhwa.
4.)Hasil dari Krisma dalam pertumbuhan rahmat pembaptisan:
1. Ia menjadikan kita sungguh anak – anak Allah dan membuat kita berkata, “ Abba , ya Bapa” (Rm 8: 15)
2. Ia menyatukan kita lebih teguh dengan Kristus
3. Ia menabahkan di dalam kita karunia Roh Kudus
4. Ia mengikat kita lebih sempurna kepada Gereja
5. Ia menganugerahkan kepada kita kekuatan khusus Roh Kudus supaya sebagai saksi – saksi Kristus yng andal kita menyebarluaskan dan membela iman dengan perkataan dan perbuatan, lebihberani mengakui nama Kristus dan idak pernah malu karenasalib (KGK, Art 1302- 1303).

Daftar Pustaka
Berbagai sumber media internet yang saya kutip
• http://yesaya.indocell.net
• http://katolisitas.org
Berbagai buku yang saya ambil
• Katekismus Gereja Katolik
• Iman Katolik
• Hukum Kanonik
• Persekutuan Murid- Murid Yesus, Buku Pendidikan Agama Katolik untuk SMP 2B

0 komentar:

 
;