“
Melayani Dengan Gembira dan Tulus Hati ( Kis 2: 46)”
(Sebuah Refleksi Mengikuti Tahbisan Imam)
Oleh:
Carolus Budhi Prasetyo, III/07
Misa pentahbisan selalu
ditunggu oleh umat karena membuka harapan baru bagi umat mengenai para
gembalanya. Bersama para umat yang terus menerus berdoa bagi panggilan calon
imam, Allah menghadirkan rahmat- Nya sebagai wujud cinta kepada umat- Nya yaitu
melalui upacara pentahbisan. Pada hari Kamis, 22/8, diadakan upaca pentahbisan
9 imam yang terdiri dari 8 imam diosesan dan satu imam tarekat CICM di Gereja
St. Arnoldus Janssen, Bekasi. Kami, komunitas Seminari Menengah Wacana Bhakti,
ikut ambil bagian dalam misa pentahbisan menjadi umat yang mendoakan.
Adapun para tertahbis
mengambil tema “ Melayani Dengan Gembira dan Tulus Hati ( Kis 2: 46)”. Terdapat
empat orang lulusan Wacana Bhakti diantara para tertahbis yaitu RD. Alberus
Yogo Prasetianto, RD. Rafael Yohanes Kristianto, RD. Reynaldo Antoni Haryanto,
dan RD. Yohanes Angga Sri Prasetyo. Terdapat tiga orang tahbisan yang pernah
berkarya di Wacana Bhati yaitu RD. Antonius Yakin Ciptamulya, RD. Paulus Dwi
Hardianto, dan RD. Antonius Prmanono Wahyu Nugroho. Misa tahbisan dipimpin oleh
Uskup Agung Jakarta Mgr. Ignatius Suharyo, RD. Tunjung Kesuma- Rektor SeminariTinggi
Yohanes Paulus II KAJ, RP. Kaitanus Saleky, CICM- Superior Distrik CICM
Indonesia- Singapura, RD. Yohanes Subagyo- Vikaris Jendral KAJ, RD. Hadi Sulistyo- Ketua UNIO KAJ, RP. Yakobus
Rudiyanto, SJ- Pastor Dekenat Bekasi, dan RP. Anselmus Selvus, SVD- Pastor
Kepala Paroki St. Arnoldus Janssen.
Selama perjalanan perasaan yang muncul
adalah perasaan bingung karena saya baru saja pulang dari sekolah dengan penuh
beban tugas dan ulangan dan besok akan menghadapi ulangan yang sulit.
Perjalanan ke gereja menghabiskan waktu satu jam sehingga saat sampai di sana
saya merasa agak capek dan letih. Di depan gereja saya bertemu dengan Br.
Ignatius Ulrig, SJ.
Selama perayaan ekaristi saya agak
terganggu dengan sound system dan lampu yang kurang bagus. Namun secara
keseluruhan yang saya rasakan adalah haru, bangga, ada perasaan tertantang, dan
bahagia. Mengapa haru? Karena dengan ditahbiskannya 9 imam saya merasakan Kasih
Allah di tengah manusia dengan memanggil para pekerja- Nya. Bangga pastinya
karena 4 imam tertahbis merupakan lulusan Seminari Menengah Wacana Bhakti. Ada
perasaan tertantang untuk melanjutkan masa formatio di Seminari Tinggi Yohanes
Paulus II KAJ dan apabila Allah berkenan ikut ditahbiskan. Saya merasa bahagia
karena mendapatkan banyak dukungan untuk melanjutkan masa formatio di Diosesan
KAJ dari RD. Vincentius Adi Prasojo, RD. Yustinus Kesaryanto, RD. Yohanes Angga Sri Prasetyo, RD.
Antonius Yakin Ciptamulya,
dan RD. Antonius Prmanono Wahyu
Nugroho.
Saya pun merasa senang dapat bertemu
dengan teman orang tua saya yaitu RP. Ignatius Sudaryanto, CICM- mantan Rektor
Skolastikat Tunas Verbist. Perjumpaan dengan beliau sungguh menyenangkan dan
menguatkan karena beliaulah yang menjadi salah satu imam teladan saya. Beliau
pun mendukung saya untuk menjadi imam diosesan walalu dulu dia berharap saya
menjadi imam misionaris sepertinya.
Nilai yang saya dapatkan dari pengalaman
ini adalah kesetiaan, kerendahan hati, kepasrahan, dan pengorbanan. Tanpa ada
kesetiaan para tertahbis dan yang menahbiskan tidak akan menjadi pekerja- Nya
karena panggilan imamat menuntut adanya kesetiaan yang mendalam karena harus
mengarahkan hati secara utuh kepada Allah. Kerendahan hati harus dimiliki oleh
para terpanggil karena selama masa formatio para terpanggil akan dipimpin
dibawah para formator agar sampai kepada pembentukan panggilan yang murni.
Mereka yang menjalankan masa formatio pun harus rendah hati karena di dalam
kerendahan hati dapat mendengarkan kehendak Allah apakah ini memang jalan
panggilannya atau bukan.
Kepasrahan, para terpanggil yang
berpasrah kepada kehendak Allah pasti akan menjalankan masa formatio maupun
masa pelayanannya dengan penuh suka cita. Pengorbanan, karena menjadi imam
begitu banyak yang harus dikorbankan. Bayangan akan tahbisan ada di dalam
pikiran saya dan saya merasa agak tidak pantas juga karena sebagai manusia saya
begitu berdosa. Namun biarlah itu menjadi rahasia Ilahi. Kalau di kemudian hari
saya ditahbiskan saya berkeinginan untuk ditahbsikan di Gereja Hati Santa
Perawan Maria Tak Bernoda, Tangerang- yang merupakan paroki asal saya.
Saya merasakan kehadiran Allah melalui
pengalaman pertemuan dengan para imam yang mendukung saya dalam panggilan. Saya
merasakan pertemuan dengan Allah Yang Memanggil, dan Menguatkan. Makna
keseluruhan pengalaman saya sebagai calon imam adalah semakin mendorong saya
untuk melanjtukan masa formatio di seminari tinggi dan apabila Allah berkenan
maka saya akan ditahbiskan. Sebagai calon imam saya ingin mengembangkan kemampuan
saya dalam mempelajari dokumen Gereja, pelayanan kepada orang yang tersingkir
dan menderita serta secara utuh memberikan diri saya kepada keuskupan.
0 komentar:
Posting Komentar