100 % Seminaris dan 100% Indonesia
(Sebuah Refleksi dalam Mengisi Kemerdekaan)
Oleh: Carolus
Budhi Prasetyo
Perayaan HUT Republik Indonesia ke- 68
dirayakan dengan penuh gegap gempita di seluruh pelosok tanah air. Tidak
ketinggalan, para seminaris Wacana Bhakti pun mengisi perayaan HUT RI dengan
mengadakan acara komunitas. Acara komunitas ini dikoordinasi oleh Ofisi
Seminari. Acara 17- an ini
dilaksanakan selama dua hari yaitu Jumat- Sabtu, 16/8- 17/8. Pada Jumat sore
kami melaksanakan perlombaan dijiwai semangat kemerdekaan dengan diawali
upacara pembukaan oleh Pras, Bidel Umum.
Lomba- lomba yang diadakan yaitu estafet
sarung, joget balon, eatbulaga, panko mata, dan tarik tambang. Pada awal
perlombaan pun kami dituntut untuk kreatif dengan mengirimkan de ville setiap angkatan dengan kostum
dan gaya yang unik. Pada hari Sabtu kami menutup rangkaian acara dengan pesta
makan malam komunitas.
Selama menjalani rangkaian perayaan HUT
RI ini saya merasakan senang sekaligus haru. Mengapa saya dapat merasa senang
karena selama menjalani rangkaian acara kami semua menjalankannya dengan penuh
semangat yang membara, semangat berkompetisi, dan semangat melebur menjadi
komunitas yang solid. Haru karena rasa nasionalisme yang selama ini tidak
berkobar- kobar kembali berkobar apalagi setelah kembali mengenang jasa- jasa
para pahlawan. Hal yang begitu mengharukan adalah saat kami bersama- sama
menyanyikan lagu kebangsaan yaitu “ Indonesia Raya” setelah perayaan ekaristi
pada hari Sabtu.
Sesuai dengan judul refleksi saya “100%
Seminaris dan 100% Indonesia” ada beberapa nilai yang saya dapatkan yang
berguna bagi kehidupan saya sebagai seminaris dan warga negara. Nilai cinta
tanah air menjadi nilai yang sangat terasa dalam merayakan HUT RI ini. Cinta
tanah air memang tidak mudah dijalani dalam kehidupan sehari- hari namun sangat
penting bagi kita utnuk menanamkannya dalam diri. Kita harus cinta tanah air
karena di sinilah kita mengukir sejarah hidup kita.
Kita harus membalas segala jasa para
pahlawan yang telah membantu memerdekakan Indonesia karena tanpa mereka mungkin
sampai sekarang kita masih menjadi bangsa yang terjajah.
Persatuan, melalui perlombaan-
perlombaan yang ada saya memaknai tujuannya yaitu untuk mempersatukan semua
orang. Semangat perstuan dalam perlombaan tersebut untuk menyadarkan kita bahwa
dalam memerdekakan bangsa Indonesia tidak akan berhasil bila berusaha sendirian
melainkan harus bersatu padu untuk merdeka. Setelah kita bersatu maka kita
membutuhkan semangat untuk bekerja sama. Dalam bekerja sama dibutuhkan
keselarasan dna kesatuan niat dan tujuan yang jelas seperti dalam permainan
tarik tambang. Dengan bekerja sama maka permasalahan yang besar dapat ditangani
bersama.
Apabila dikaitkan dengan 4 pilar
seminari, dalam menjalaninya saya merasakan kedalaman dan penghayatan yang
cukup baik. Saya pun semakin diingatkan mengenai nilai sejarah dan nilai moral
yang didapatkan dari berbagai perlombaan. Perlombaan yang ada membantu kita
untuk semakin sehat karena terdapat unsur olah raga. Dalam hidup berkomunitas
kita pun dituntut untuk dapat bersatu, bekerja sama, dan berkreasi- berinovasi.
Selama merayakan HUT RI saya diingatkan akan Penyelenggaran Allah dalam
kemerdekaan Indonesia. Tanpa penyelenggaraan- Nya maka para pahlawan tidak akan
berhasil memerdekakan bangsa ini. Karena berkat dan perlindungan Allah, para
pahlawan dihindarkan dari mara bahaya dan semakin diarahkan kepada tujuan yang
mulia yaitu bebas dari penjajahan. Saya merasa Indonesia yang dapat mencapai
umur 68 tahun merupakan bentuk kasih dari Allah karena Indonesia terus diberi
kesempatan untuk berkembang dan bertobat dari segala kelaliman dan ketidak adilan
di seluruh Indonesia.
Ada dorongan bagi saya untuk terus
mengisi kemerdekaan Indonesia dengan mencerdaskan bangsa Indonesia. Saya yakin
dengan mencerdaskan bangsa Indonesia maka seluruh rakyat dapat merasakan
kemerdekaan, kesejahteraan, dan keadilan. Sehingga tidak ada lagi orang- orang
yang merasakan ketidak adilan.
Sebagai calon imam, makna keseluruhan
dari kegiatan ini adalah bahwa kita disadarkan untuk juga berbakti terhadap
negara dan menjalankan apa yang menjadi kewajiban kita sebagai warga negara.
Kegiatan ini memantapkan panggilan saya karena salah satu tugas imam adalah
melayani agar semua manusia dapat merasakan kasih Allah dan memerdekakan dari
segala bentuk penjajahan. Yang ingin saya kembangkan sebagai calon imam adalah
semangat nasionalisme seperti Mgr. Soegija.
0 komentar:
Posting Komentar