Bernard, Carol, dan Pedro:
Trio Musketri -
dari, oleh, dan untuk Keuskupan Agung Jakarta
Oleh: Carolus Budhi
Prasetyo
Setelah boleh menuliskan sedikit pengalaman bersama
Barry, Romy, dan Pras, pada akhirnya aku menulis untuk diriku bersama teman
seperjalanan abadi sebagai calon imam Keuskupan Agung Jakarta yaitu Bernard Rahadian dan Paulus Pedro Sambikakki.
Bernard Rahadian
Awal perkenalanku dengan Bernard itu kurang baik. Mengapa? Karena aku melihat sosoknya sebagai sosok yang sombong, dan terkesan menggurui. Hal ini yang mengganjal hatiku untuk mau mengenal Bernard lebih dekat. Dan sampai sekarang pun, aku masih berusaha mengenal Bernard lebih dalam dan bertukar pikiran dengannya. Entah mengapa di antara angkatan kami, aku melihat Bernard itu sangat pasti akan menjadi imam tanpa cela sedikit pun. Dalam hal akademis dan wawasan Gereja, Bernard sangat up to date bagai ensiklopedia Gereja terlengkap abad ini.
Seelah empat tahun bersama nyatanya aku boleh belajar dan
kagum terhadap beberapa sikapnya. Pertama,
ketekunan dalam hal refleksi dan membaca buku. Aku sangat kagum kepada Bernard
karena mampu terus berefleksi di seminari dan mungkin tak pernah lupa utnuk
menulis refleksi. Kedua, inisiatif
dan tanggap. Bernard sangat tanggap saat kami membutuhkan bantuan dalam
beberapa hal. Ia sangat sayang kepada kami dan berusaha mengembalikan kami ke
jalan yang benar saat kami menikmati jalan kebandelan kami sebagai remaja.
Paulus Pedro Sambikakki
Pedro ini sejak
awal perkenalan telah menampilkan wajah yang ceria dan bersemangat apalagi
kalau diajak bermain sepak bola. Sebenarnya aku baru dapat mengenal Pedro di
saat kelas 3 semester II karena kami sekamar. Kehebatan Pedro adalah kepekaan
dalam menebak nada saat bermain musik. Kata Pedro hanya coba-coba dan ia mampu menebak nada dan bermain keyboard, piano,
dan organ dengan sangat keren. Bahkan saat ia tidur pun ia dapat menebak
ketepatan nada. Hal ini saya alami saat menemani Pedro yang sakit di vallet
bersama Barry pada tahun 2012. Saat itu Pedro mengigau “ Mi...! Itu nadanya Mi!
Kurang Tinggi!.
Kehebatan Pedro adalah ia mampu mengatur kondisi
tubuhnya, seketika dapat sakit dan demam saat badannya dipegang namun sorenya
sudah berlari-lari untuk bermain bola di lapangan. Ia juga memiliki syndrome
yaitu Thursday & Sosiology Syndrome.
Pada saat kelas 1, Pedro seringkali tidak masuk pada hari Kamis karena ada
pelajaran sosiologi Pak Dewa dan seperti biasa sorenya langsung sembuh dan
dapat bermain bola.
Walaupun Pedro sangat muda di angaktan kami namun ia
tidak manja dan dapat berpikir dewasa. Pedro itu sangat santai sekali dalam
menjalani hidupnya di semianri. Aku belajar untuk melihat positif dari segala
hal di sekitar kita.
Carolus Budhi Prasetyo
Aku adalah aku,
sebagai pemilik blog ini dan kini menapaki jalan panggilan bersama kedua teman
seperjalananku. Silakan mengenali dan menilai diriku....
Dan
kini kami akan memulai menapaki jalan panggilan kami sebagai calon imam KAJ
bersama 4 teman lain dari Semianri Menengah Petrus Kanisius, Mertoyudan. Kami
mohon doanya agar kami dimantapkan dalam menjalani panggilan di tanah yang
penuh tantangan ini. Secara umum, kami memilih Projo atau Diosesan KAJ karena
kesadarn kami sebagai putera-putera KAJ yang peduli terhadap nasib KAJ yang
membutuhkan tenaga imam yang mampu membaktikan diri pada Uskup dan umatnya.
Kami ini dari, oleh dan untuk KAJ...
Tangerang, 15 Juli
2014
Mulai TOR di Wisma
Puruhita