Cinta dan Panggilan
Untuk Tuhan. . .
Hari ini relung jiwa berbeda
Betapa perasaan ini berubah
Tak bisa kututupi
Bahkan cahaya matahari pun
Mampu menembusi tembok perasaanku
Ya.. . sikapku kepada dia yang berubah
Memang aku dekat dengan dia
Aku tak bisa jauh darinya
Duniaku adalah dia
Ternyata aku cinta padanya
Matanya indah sekali
Kar'na pelangi ada bola matanya
Matanya memberi pandangan yang berbeda
Belahan bibirnya s'lalu mengucapkan kata- kata yang jujur
Yang 'kurasakan dia lebih perhatian
Dia baik kepadaku
Walau terkadang misterius, dan gelap sekali dirinya
Walau dia agak judes, tapi aku nyaman
Kar'na dia perhatian padaku
Tempo yang lalu dia bercerita kepada temanku
Aku pun tak luput mendengarkan
Katanya temanku ada yang suka padanya
Mungkin kalau aku bukan calon seminaris
Sudah kunyatakan perasaanku ini
Andai aku mempunyai sebuah kemampuan
Mendengarkan dan merasakan perasaannya
Adakah disana ia cinta padaku
Tuhan bantu aku pada masa-masa ini
Aku bimbang Tuhan
Di kelas mata ini tak bisa berhenti menatap keelokan dirinya
Aku jarang SMS dengannya
MEngapa kemarin ia mengajakku SMS
adakah di lubuk hatinya terdalam
Dia suka padaku
Tuhan apakah ini godaan si Penggoda
Di saat aku ingin menanggapi panggilan- Mu
Mengapa aku jatuh cinta
Apakah aku tidak serius
Apakah aku kurang bijaksana
Apakah aku terlalu percaya diri
Salahkah aku jatuh cinta untuk kali kedua
Namun dalam renungan yang dalam
Aku salah bahwa aku wajar jatuh cinta
Ini manusiawi, terutama bagi calon imam
Sekarang aku harus hadapi ini
Aku telah banyak menjumpai wanita
Di dalam hangatnya keluarga
Mereka mendukungku
Menghadapi panggilan yang tak mudah ini
Sekarang aku sadar Tuhan
Sadar untuk meneruskan panggilanku ini
Sadar akan tawaran dan cinta- Mu yang abadi
Akankutinggalkan dia dan masa mudaku
Hanya untuk-Mu dan panggilan-Mu
. . . Aku persembahkan kepada Tuhan sumber cintaku. . .
Risau
Balada hamba Tuhan
Mencari dan menanggapi
Panggilan- Nya
Perlahan tapi pasti
Arloji tua itu terus berputar
Tiap detik semakin berlalu
Tawa dan duka pun hilang
Sang Dewi melihat anaknya kebingungan
Siang ini. . .
Aku tak bisa memejamkan mata
Padahal angin bertiup dengan sejuk
Dan burung bersiul untukku
Lambaian pohon pun tak bisa 'kunikmati
Tawa dan canda yang lalu
Tak terasa kini
Kosong duniaku
Hampa perasaan ini
Beku diriku
Segala pengalamanku akan terbayar sudah
Si Penggoda mencoba meyakinkan
Kegagalan dan kegelapan
Jauh dari angan- angan mnjadi hamba- Nya
Aku pasrah
Namun aku yakin
Ia mau berkehendak
Aku tetap di taman Firdaus ini
Balada hamba Tuhan
Mencari dan menanggapi
Panggilan- Nya
Perlahan tapi pasti
Arloji tua itu terus berputar
Tiap detik semakin berlalu
Tawa dan duka pun hilang
Sang Dewi melihat anaknya kebingungan
Siang ini. . .
Aku tak bisa memejamkan mata
Padahal angin bertiup dengan sejuk
Dan burung bersiul untukku
Lambaian pohon pun tak bisa 'kunikmati
Tawa dan canda yang lalu
Tak terasa kini
Kosong duniaku
Hampa perasaan ini
Beku diriku
Segala pengalamanku akan terbayar sudah
Si Penggoda mencoba meyakinkan
Kegagalan dan kegelapan
Jauh dari angan- angan mnjadi hamba- Nya
Aku pasrah
Namun aku yakin
Ia mau berkehendak
Aku tetap di taman Firdaus ini
Langganan:
Postingan (Atom)